ABU NAWAS MURKA KEPADA ULAMA PEMIMPIN PONDOK YANG SESAT

Assalamualaikum semuanya semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan kepada kita semuanya amin ya robbal alamin Pada suatu hari ada seseorang yang mengaku dirinya sebagai ulama dia adalah Syekh Faqih Al Fadhil Cara penyampaiannya yang mudah dipahami membuat masyarakat tertarik dengan keilmuan Syekh Faqih padahal apa yang disampaikan sering tidak sesuai dengan ajaran Islam dan ilmu agamanya terbilang cetek 


tapi karena pintar bermain kata-kata membuat dirinya terkesan pintar di mata masyarakat semakin hari semakin banyak masyarakat yang mengunjungi majelis pengajiannya hingga Pada suatu hari Abu Nawas penasaran dengan sosok ulama baru tersebut Ia pun berangkat menuju majelis tempat safaqih mengajar Sesampainya di sana tampak orang-orang sudah berkumpul sedang mendengarkan tausiyah syafaki Abu Nawas pun lalu mengambil tempat duduk di tengah-tengah para jamaah dengan penuh semangat Syekh Faqih berceramah di hadapan para jamaahnya wahai jamaah sekalian sesungguhnya manusia adalah paksaan bukan atas pilihan iblis itu terbuat dari api Bagaimana mungkin dia bisa sakit dibakar dengan api Padahal kedua-duanya sama berasal dari api dan mengenai surga dan neraka saya kira itu tidak ada karena tidak bisa dilihat dan tidak bisa dirasakan kata syafakih di dalam ceramahnya seketika Hal itu membuat Abu Nawas terperanjat tak kuasa menahan emosi 


Abu Nawas segera bangkit dan melemparkan batu bata tepat mengenai kepalanya akibatnya Syekh Faqih merasa kesakitan dan kepalanya menjadi lebam dan memar tak terima dengan perlakuan Abu Nawas chef Fakih datang ke istana dan mengadu kepada Baginda Raja ia minta supaya Abu Nawas dihukum berat Panggil Abu Nawas kemari aku ingin dengar apa alasannya Dia berbuat seperti itu perintah Baginda Raja kepada para pengawal maka Pergilah beberapa pengawal untuk menjemput Abu Nawas di rumahnya singkat cerita datanglah Abu Nawas ke istana menghadap Baginda Raja Abu Nawas Apa yang membuatmu sampai menyakiti Syekh Faqih kegilaan Apa yang kau buat sampai-sampai kau berbuat kesalahan sebesar ini tanya Baginda Raja kepada Abu Nawas ampun Paduka yang mulia Sesungguhnya orang ini telah berkata di hadapan jamaahnya katanya neraka tidak bisa menyakiti iblis karena sama-sama terbuat dari api dan ia juga mengatakan katanya tidak ada surga dan neraka karena tidak bisa dilihat ataupun dirasakan dan dikatakannya lagi katanya manusia adalah atas paksaan bukan atas pilihan kata Abu Nawas 


Apa benar kau mengatakan itu tanya Baginda Raja kepada Syafei benar Paduka yang mulia Saya tidak mengingkarinya karena sesungguhnya hal itu berdasarkan dari pengetahuan dan kenyataan jawab Syekh Faqih kau dengar sendiri kan Abu Nawas Dia adalah orang alim dan cerdas tapi kau malah menyakiti dia ujar Baginda Raja tapi Paduka saya kan hanya menerapkan sesuai dengan tiga pernyataan yang dia sampaikan begini saja Paduka Izinkan saya bertanya kepada syafakih agar Paduka bisa memutuskan Apakah saya bersalah ataukah tidak minta Abu Nawas Baginda Raja pun mempersilahkan permintaan Abu Nawas wahai Faqih Bukankah kamu mengatakan iblis tak mungkin merasakan sakit dibakar api neraka karena keduanya sama-sama berasal dari api aku melemparmu dengan batu bata itu terbuat dari tanah liat sedangkan Allah menciptakanmu juga berasal dari tanah liat bagaimana mungkin kau bisa merasakan sakit padahal kalian berdua sama-sama terbuat dari tanah liat tanya Abu Nawas Tentu saja aku merasakan sakit apa Kau tidak lihat Kepalaku jadi lebam dan memar karena sakit yang aku alami jawab Syekh Faqih sakit apa kau merasakan sakit tanya Abu Nawas memastikan ya sakitlah tentu saja sakit sekali sampai tadi malam saya tidak bisa tidur karena rasa sakit ini jawab Syekh kalau begitu Coba perlihatkan rasa sakit itu tanya Abu Nawas kembali bagaimana mungkin rasa sakit itu tidak bisa dilihat balas saya 


Faqih Oh begitu selama rasa sakit itu tidak bisa diperlihatkan maka itu adalah sesuatu yang tidak ada berarti rasa sakit yang kau alami hanyalah omong kosong sama halnya pernyataanmu tentang neraka dan surga kau bilang keduanya tidak ada karena tidak bisa dilihat dan tidak bisa dirasakan ujar Abu Nawas dan mengenai perbuatanku melemparimu dengan batu bata itu semata-mata hanya menerapkan apa yang kau katakan kau bilang manusia hidup atas paksaan bukan atas pilihan maka tidak ada dosa dan kesalahan bagi orang yang dipaksa dan perbuatanku ini atas dasar paksaan bukan atas pilihan kalaulah aku bisa memilih tentu aku akan memilih untuk diam tapi karena menurut pendapatmu manusia adalah atas paksaan maka aku terpaksa melempar batu bata Di kepalamu tutur Abu Nawas lebih lanjut mendengar pembelaan Abu Nawas sang ulama gadungan tak bisa berkata apa-apa dan tak berani mendebatnya sementara Baginda Raja memuji kecerdasan Abu Nawas Baginda Raja juga menasehati chef Faqih supaya belajar ilmu agama yang benar Jangan hanya bermodalkan pintar bermain kata-kata cerita berikutnya suatu ketika saat di tengah keramaian pasar tiba-tiba ada dua orang pedagang terlibat pertikaian karena keduanya tidak ada yang mengalah akhirnya terjadilah aksi kekerasan orang-orang 


yang ada di pasar segera melerai dan berusaha mendamaikannya kebetulan saat itu Abu Nawas sedang berada di pasar melihat ada keributan Ia pun segera menghampirinya Ada apa ini apa yang terjadi tanya Abu Nawas dua orang ini terlibat cocok Tuan Abu jawab Salah satu warga begini saja kita selesaikan masalah ini di rumahku kata Abu Nawas menyarankan maka para warga membawa kedua orang tersebut ke rumah Abu Nawas Sesampainya di sana Abu Nawas lalu menanyai satu persatu kedua orang yang sedang berseteru katakan apa masalahnya tanya Abu Nawas kepada orang pertama Awalnya kami hanya cekcok Tuan abu tapi orang ini malah menggigit telingaku jawabnya sambil menunjukkan Telinganya yang berdarah saya menuntut qisas Tuan Abu atau ganti rugi dengan membayarku 10 Dinar kata orang pertama melanjutkan namun pengaduan tersebut dibantah oleh orang kedua itu fitnah Tuan Abu saya sama sekali tidak menggigitnya dia menggigitnya sendiri protes orang kedua Apakah masing-masing kalian punya saksi untuk membenarkan pendapat kalian atau barangkali diantara para warga ada yang melihat kejadiannya tanya Abu Nawas kembali kedua orang tersebut hanya terdiam Begitu juga dengan para warga karena waktu itu kejadiannya begitu cepat sehingga tak ada orang yang sempat melihatnya Abu Nawas terpaksa menunda kasus tersebut untuk beberapa saat saya akan memutuskan siapa Diantara Kalian berdua yang salah tapi Sebelumnya saya minta waktu Sebentar ucap Abu Nawas Di sana ia menghabiskan waktu setengah jam hanya untuk berusaha menggigit telinganya 


sendiri Abu Nawas berusaha mati-matian melakukannya yang justru membuat dirinya jatuh terpelanting ke tanah akibatnya keningnya lecet dan berdarah Ia pun merasa kesal dan emosi tidak lama setelah itu Abu Nawas kembali menemui kedua orang yang bertikai Coba periksa orang yang telinganya digigit Apakah keningnya lecet dan berdarah atau tidak kalau peningnya lecet berarti dia melakukannya sendiri Tapi kalau tidak berarti orang satunya yang melakukan dan orang yang digigit harus mendapat ganti rugi 10 Dinar dan kasus ditutup perintah Abu Nawas salah satu warga berkata Tuan Abu ini kan perkara mudah tapi kenapa Anda lama memutuskan pakai acara masuk kamar segala padahal suatu hal yang mustahil Bila seseorang bisa menggigit telinganya sendiri tapi dengan santainya Abu Nawas menjawab karena aku ingin membuktikan dan ternyata memang tidak mudah sampai aku terjatuh hingga keningku lecet dan berdarah orang-orang yang hadir hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarnya dan setelah kasus ditutup Mereka pun pergi meninggalkan rumah Abu Nawas cerita berikutnya Pada suatu hari Baginda Raja menyuruh para menterinya untuk berkumpul di istana Setelah semua berkumpul maka diadakanlah rapat Mereka terlihat serius membicarakan tentang keamanan negara termasuk membahas kondisi ekonomi rakyatnya berapa rakyat kita yang masih hidup dalam kemiskinan tanya Baginda Raja kepada sang menteri sang menteri lalu memberikan data 


daftar rakyat miskin yang sudah dicatatnya setelah melihat daftar tersebut Baginda Raja kemudian memberi perintah Saya ingin rakyat miskin yang ada dalam daftar ini besok segera diberikan bantuan titah Baginda Raja baik Paduka yang mulia jawab sang menteri lalu berapa rakyat kita yang matanya buta tanya Baginda Raja kembali ampun Paduka yang mulia saya belum sempat mendatanya Kalau tidak salah ada lebih dari 20 orang besok saat saya memberikan bantuan untuk rakyat miskin sekalian saya akan mendata rakyat yang matanya buta Paduka jawab sang menteri jangan dulu saya ada ide untuk mengerjai Abu Nawas Saya ingin tugas ini Abu Nawas yang melaksanakannya ujar Baginda Raja maka beberapa pengawal kerajaan diperintah Baginda Raja untuk memanggil Abu Nawas singkat cerita datanglah Abu Nawas ke istana menghadap Baginda Raja ampun Paduka yang mulia ada gerangan apa Paduka memanggil saya tanya Abu Nawas saya ada tugas penting untuk kamu Abu Nawas jawab Baginda Raja daulat Paduka yang mulia kiranya tugas apakah yang akan Paduka berikan kepada saya tanya Abu Nawas kembali Saya ingin kamu mendata dan mencatat Berapa jumlah rakyat saya yang matanya buta titah Baginda Raja siap Paduka yang mulia Minggu depan saya akan memberikan hasil laporannya balas Abu Nawas minggu depan itu terlalu lama Abu Nawas Saya ingin kamu melaporkannya 


besok kalau kamu sampai salah menghitung jumlahnya maka kamu akan saya hukum timbal Baginda Raja seketika Abu Nawas langsung mengernyitkan dahinya sebab itu adalah tugas yang mustahil mana mungkin dalam waktu sehari ia bisa melakukannya mengingat Kota Baghdad wilayahnya sangat luas tapi mau tak mau karena ini sudah jadi titah Baginda Abu Nawas terpaksa harus melaksanakannya Baiklah Paduka Besok saya akan melaporkan Berapa jumlah orang buta di kota Baghdad ucap Abu Nawas maka Abu Nawas pun mohon pamit untuk pulang ke rumah sesampainya di rumah Abu Nawas terus memutar otak mencari solusi untuk menyelesaikan tugasnya malam pun tiba namun Abu Nawas belum juga menemukan jawabannya ia sampai tak bisa tidur 


semalaman hingga azan subuh berkumandang Lebih baik aku salat dulu soal tugas Baginda gampang dipikirkan nanti ujar Abu Nawas dalam hati Ia pun berangkat ke masjid untuk menunaikan salat subuh sepulangnya dari masjid di tengah jalan ia melihat ada pelepah kurma yang besar di saat itulah muncul ide cemerlang pada diri Abu Nawas segera saja ia menarik pelepah kurma yang besar tersebut untuk dibawa menuju ke istana saat berjalan menuju istana ia sengaja berjalan melewati keramaian kota supaya jadi perhatian orang-orang maka heboh lah segenap warga Baghdad banyak yang heran dengan tingkah Abu Nawas ini hei Abu Nawas Apa yang kau bawa itu tanya salah satu warga apa Kamu buta ini pelepah kurma jawab Abu Nawas Iya aku tahu maksudku untuk apa sih kau membawanya seperti tidak ada kerjaan saja balas orang tersebut Namun Abu Nawas tak menghiraukannya Ia terus melanjutkan perjalanan menuju istana di setiap tempat yang ia lalui Abu Nawas kerap kali mendapatkan pertanyaan yang sama Hai Abu Nawas Apa yang kau bawa itu tanya seseorang dengan nada meledek Abu Nawas hanya 


diam saja Ia terus saja melanjutkan perjalanannya hingga akhirnya sampailah Ia di depan gerbang istana prajurit penjaga gerbang istana juga heran dengan tingkah Abu Nawas ini Hei Abu Nawas Apa yang kau bawa tanya prajurit penjaga gerbang istana apa Kamu buta ini pelepah kurma jawab Abu Nawas sampaikan kepada Baginda kalau Abu Nawas sudah datang untuk menghadap kata Abu Nawas melanjutkan si prajurit lalu masuk ke dalam istana dan melaporkan kepada Baginda Raja tentang kedatangan Abu Nawas biarkan dia masuk tidak Baginda Raja kepada si prajurit maka masuklah Abu Nawas dengan membawa pelepah kurmanya yang besar melihat tingkah Abu Nawas yang aneh ini Baginda Raja juga bertanya dengan pertanyaan yang sama Hai Abu Nawas Apa yang kau bawa itu tanya Baginda Raja mendapat pertanyaan dari Baginda Raja Abu Nawas tidak menjawabnya ia malah mengalihkan pembicaraan Paduka yang mulia saya sudah tahu berapa jumlah orang buta yang ada di negeri Paduka ucap Abu Nawas Berapa jumlahnya tanya Baginda Raja Jumlahnya ada 57 termasuk 


Paduka yang mulia jawab Abu Nawas termasuk saya Kenapa saya masuk hitungan orang yang matanya buta tanya Baginda Raja heran begini Paduka tadi waktu saya berjalan menuju istana di sepanjang perjalanan banyak orang bertanya kepada saya Hai Abu Nawas Apa yang kau bawa warga yang bertanya Jumlahnya ada 55 lalu prajurit penjaga gerbang istana juga bertanya yang sama jumlahnya bertambah menjadi 56 dan barusan Paduka juga ikut-ikutan bertanya dengan apa yang saya bawa jadi total semuanya ada 57 orang mereka inilah orang-orang yang buta kata Abu Nawas menjelaskan loh Memangnya kenapa Ada yang salah dengan pertanyaan saya tanya Baginda Raja sama sekali tidak salah Paduka tapi apakah Paduka tidak melihat apa yang saya bawa ini kan pelepah kurma Paduka bentuknya juga besar Masa tidak kelihatan Kenapa masih saja bertanya berarti Paduka matanya buta jelas Abu Nawas Iya saya tahu maksud saya untuk apa kau membawanya tanya Baginda Raja untuk menghitung jumlah orang buta Paduka dengan pelepah kurma ini saya tak perlu repot menghitung jumlah orang yang matanya buta jawab Abu Nawas enteng mendengar itu Baginda Raja pun tertawa Ia pun memuji kecerdikan Abu Nawas [Musik] cerita berikutnya dikisahkan ada seorang sufi yang terkenal akan sifat bijaknya setiap kali Ia memutuskan suatu masalah selalu dipikirkannya matang-matang bahkan untuk berbicara pun ia senantiasa berhati-hati Jangan sampai ada kata-kata yang membuat sakit hati lawan bicaranya sang Sufi ini kurang setuju dengan cara pikir Abu Nawas 


ketika menyelesaikan permasalahan ia menganggap Apa yang dilakukan Abu Nawas meskipun tujuannya baik tapi ada saja pihak yang tersakiti hatinya dan ini sangat berlawanan dengan cara pikir sang Sufi suatu hari Baginda Raja mendengar tentang sosok sang sufi yang bijak ini beliau sangat tertarik dan ingin mengangkatnya sebagai penasehat istana maka diajaklah Abu Nawas untuk menemani Baginda Raja menemui Sufi tersebut singkat cerita sampailah mereka berdua di rumah sang Sufi saat itu hujan turun begitu derasnya sehingga suasana terasa dingin lalu sang Sufi mengajak tamu-tamunya duduk di sebelah api unggun di dalam rumahnya untuk menghangatkan badan dihadapan sang Sufi Baginda Raja meminta petuah tentang bagaimana seharusnya sikap seorang raja lalu sang Sufi memberi beberapa nasehat meskipun Paduka adalah raja yang adil tapi padukan juga harus menjaga lisan saat bertutur kata kalau Paduka hendak membicarakan sesuatu pakai dahulu otak Paduka pikirkan dengan matang setelah itu baru katakan dengan kalimat yang baik dan benar batasan Sufi menuturkan mendengar itu Baginda Raja sangat terkesan dengan pribadi sang sufi yang selalu berhati-hati di setiap tindak lagunya di sela-sela obrolannya yang serius tiba-tiba Abu Nawas terjelek Tuan Sufi Aku ingin mengatakan sesuatu Bolehkah sesaat sang Sufi menatap tajam ke arah Abu Nawas pasti dia akan berkata yang menjebak saya tapi aku sudah siapkan jawaban justru Ini saat yang tepat untuk menasehatinya pikir sang Sufi kalau menyangkut kebenaran silahkan 


katakan saja jangan gunakan lisan untuk berkata yang tidak ada gunanya dan sebelum kau berkata berhati-hatilah Gunakan kalimat yang benar dan baik Agar lawan bicaramu tidak sampai sakit hati kata Sang Sufi menasehati tentu saja Tuan ini menyangkut suatu kebenaran ujar Abu Nawas bagus Silahkan Apa yang ingin kau katakan ucap sang Sufi aku melihat ada benda berwarna merah mendekati baju Tuan kata Abu Nawas memberitahu benda warna merah maksudnya tanya sang Sufi benda warna merah yang apabila dipegang sangat panas jawab Abu Nawas benda apa itu tanya sang Sufi kembali sepertinya sepercik api unggun mulai membakar jubah Tuan jawab Abu Nawas seketika itu sang Sufi melihat jubah yang sebagian sudah hangus terbakar Kenapa kamu tidak segera beritahu jangan berkata bertele-tele seperti itu kata Sang Sufi merasa geram loh ini kan sesuai dengan nasehat Tuan Aku Harus berpikir dulu sebelum mengatakannya Aku tak ingin Tuan sampai sakit hati mendengarnya balas Abu Nawas cengengesan sang Sufi segera melepaskan jubahnya dan memadamkan api yang menempel sementara Baginda Raja spontan tertawa melihat tingkah Abu Nawas ini sampai di sini dulu perjumpaan kita Semoga anda terhibur wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

Iklan In-Feed (homepage)